Sabtu, 23 Mei 2015

Terbang Malam Skadron 12 RSN

 
Hawk 100/200 di Skadron Udara 12 Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau (all photos : Lanud Roesmin Nurjadin)

Hawk 100/200 di Skadron Udara 12 Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau (all photos : Lanud Roesmin Nurjadin)

Berita Militer Indonesia-Ada yang terasa berbeda di langit Pekanbaru dari hari-hari sebelumnya, ini karena terdengar suara mesin jet yang menderu memecah kesunyian malam saat para penerbang dari pesawat tempur Hawk 100/200 Skadron Udara 12 Lanud Roesmin Nurjadin melaksanakan latihan terbang malam, Senin (18/5).
image
“Keahlian (skill) dan kemampuan terbang (profisiensi) dari para penerbang harus terus diasah dan ditingkatkan melalui berbagai latihan agar dapat mengatasi berbagai tantangan tugas yang mungkin dihadapi ke depannya, untuk itulah latihan ini dilaksanakan”, ujar Danskadron Udara 12 Lanud Rsn Letkol Pnb Jajang Setiawan.
image
Ditambahkan oleh Danskadron 12 bahwa tak hanya keahlian dan kemampuan para penerbang saja yang ditingkatkan, namun dengan latihan ini kesiapan seluruh alutsista serta ground crew pesawat pun akan dapat ditingkatkan, hal ini guna mengantisipasi kemungkinan akan terjadinya ancaman, gangguan serta pelanggaran wilayah udara Indonesia oleh pihak lain yang mungkin saja terjadi pada waktu siang maupun malam hari.
Sementara itu Danlanud Roesmin Nurjadin Kolonel Pnb M. Khairil Lubis yang turut mengawasi latihan ini menyampaikan bahwa Lanud Roesmin Nurjadin sebagai pangkalan operasi harus selalu siap untuk melakukan misi yang diberikan kepadanya, dan itu melakukan operasi udara yang dapat terjadi kapan saja.
image
“Saya tekankan kepada seluruh personel untuk selalu mengedepankan faktor keamanan serta keselamatan terbang, agar latihan ini dapat terlaksana dengan aman, lancar dan tak kurang suatu apapun hingga usainya latihan nanti”, lanjut Danlanud.
Latihan terbang malam yang dilaksanakan secara periodik ini rencananya akan berlangsung hingga Kamis (21/5) dengan area latihan di sekitar wilayah Lanud Roesmin Nurjadin.

(TNI AU)

4 Jet F-16 Retrofit Kembali tiba di Tanah Air

 
image
Berita Militer Indonesia-TNI AU kembali menerima pesawat retrofit F-16 C/D Blok 52ID dari Amerika Serikat. Keempat pesawat bekas ini mendarat tepat pukul 12.12 WIB di Landasan Udara TNI AU Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur.
Kedatangan pesawat ini disambut oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Donny Ermawan bersama Komandan Wing 3 Kolonel PNB Irwan Pramuda. Empat pesawat tersebut diterbangkan langsung dari Amerika menuju Indonesia oleh para penerbang AS. Mereka adalah Mayor Thomas Arthur Juntunen, Mayor Brian Dauglas Perkins, Mayor Cabell David Francis, dan Letkol Chad William Jennings.
Selama perjalanan, pesawat ini mengambil rute penerbangan dari Hill AlaskaGuam lanjut ke Lanud Iswahjudi dan parkir di Shelter Skadron Udara 3. Kedatangan ini merupakan program pengadaan dari 24 pesawat dalam proyek ‘Peace Bima Sena II’ kerja sama antara Pemerintah AS dan Indonesia, sehingga sudah 9 pesawat dengan tipe yang sama sudah berada di Indonesia.
Seluruh pesawat F-16 C/D Blok 52ID TNI AU dengan mesin pesawat tipe F100-PW-220/E merupakan pesawat bekas yang sudah ditingkatkan kemampuannya. Rangka pesawat, jaringan kabel dan elektronik seluruhnya diganti dengan peralatan baru, sehingga menambah kemampuan tempurnya.
Pesawat ini pula yang sempat terbakar saat akan lepas landas di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta. Terbakarnya pesawat itu terjadi saat akan melakukan atraksi di hadapan Presiden Joko Widodo.

Merdeka.com

“Kelompok Kecil di Aceh”, Jangan Merusuh

 
image
Berita Militer Indonesia-Terjadi kontak tembak antara pasukan gabungan TNI-Polri dan kelompok bersenjata di Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam, pada Rabu (20/5) semalam. Panglima TNI Jenderal Moeldoko memperingatkan kelompok bersenjata itu agar tak mengganggu TNI dan mengancam rasa aman.
“Jangan coba-coba ganggu TNI, atau kami akan bereaksi kalau kami diganggu,” kata Moeldoko usai peresmian Patung Teuku Umar di Pulau Rondo, Kota Sabang, Aceh, Kamis (21/5/2015).
Moeldoko berpesan kepada yang ia sebut sebagai ‘kelompok kecil di Aceh’ itu, agar tak merusuh. Soalnya, TNI sekarang sudah menjalin persahabatan dengan semua pihak di Aceh.
“Kami tidak pernah melakukan hal-hal yang membuat kelompok-kelompok ini menderita. Tetapi jangan buat anggota TNI menderita atau prajurit-prajurit kita akan marah di lapangan,” kata Moeldoko.
Masyarakat sudah merasa damai. Maka kedamaian ini tak semestinya diusik. Bila rasa damai ini rusak, maka pembangunan di Aceh akan terhampat dan investor tak akan tertarik ke Aceh.
“Dan yang kita cari adalah rasa dami, enak hidup, TNI berada untuk mengawal,” kata Jenderal Moeldoko.
Kontak tembak yang dimaksud itu berawal dari laporan warga kepada anggota Kodim 0102 Pidie yang menyatakan, munculnya dua orang pria bersenjata api. Pria yang mencurigakan tersebut mengenakan baju loreng dan baju berwarna hitam. Menindaklanjuti informasi itu, anggota TNI dan polisi kemudian melakukan pengejaran. Berikutnya terjadi kontak tembak dengan pelaku.
Tiga pria tewas, dan senjata-senjata dari mereka diamankan. Barang bukti berupa 1 pucuk AK47 popor lipat, magazine M16 dan AK47, 106 butir amunisi AK dan 2 tas hitam.

Detik.com

Jumat, 22 Mei 2015

H&K G3/SG-1: Senapan Runduk TNI dengan Basis Senapan Serbu G3

uxk9uNe
Berita Militer Indonesia-Dari begaram senapan runduk yang dimiliki TNI, H&K G3/SG-1 punya ke khasan tersendiri, pasalnya senjata berkualfikasi sniper ini dibangun atas rancangan senapan serbu G3 yang melegenda. Kostrad TNI AD jadi salah satu kesatuan yang secara jelas menggunakan G3/SG-1. Bahkan, personel TNI pun pernah mendaulat senjata ini sebagai kelengkapan dalam misi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB.
Dibuat atas permintaan Bundeswehr setelah tragedi Black September pada tahun 1972, G3/SG-1 menampilkan beberapa fitur yang membuatnya pantas disebut senapan tembak jitu. Deutsche Bundeswehr (AB Jerman) secara khusus meminta Heckler and Koch (H&K), pabrikan senjata kenamaan asal Oberndorf, Jerman untuk membuat senapan penembak runduk (sniper) dengan kaliber 7,62mm NATO.
G3/SG-1 di perlihatkan dalam pameran alutsista TNI AD.
G3/SG-1 di perlihatkan dalam pameran alutsista TNI AD.
Perbedaan visual antara G3 (atas) dan G3/SG-1 (bawah).
Perbedaan visual antara G3 (atas) dan G3/SG-1 (bawah).
g3sg1rtG3-sg1-1

Basis yang dipakai tak lain adalah senapan serbu G3 buatan H&K yang memang kondang di jagad assault rifle. Tentu saja ada pembenahan disana sini agar senapan bisa masuk ke kategori sniper. Sebut saja mulai dari laras yang dibuat khusus, sistem pelatuk sensitif, bipod yang diperkuat, hingga keberadaan teleskop. Hasilnya senapan G3 ini dapat tambahan label sebagai Scharfschutzen Gewehr 1 (SG adalah singkatan dari Scharfschützengewehr atau “sharp shooting rifle” atau “senapan penembak runduk”). Modifikasi ke G3/SG-1 yang cukup penting adanya tuas set trigger tepat di bekalang pelatuk. Saat set trigger diaktifkan, tarikan pelatuk menjadilebih enteng, sekitar 0,4 kilogram.
1281343306p_main_120523094806
G3/SG-1 menggunakan magasin G3 serta bentuk fisik tidak jauh berbeda dengan G3. Perbedaan yang paling terlihat dari luar adalah “cheek-piece” di popor G3/SG1 untuk menahan pipi jika sedang membidik melalui riflescope (teropong senapan) dan bipod. Dengan “trigger-group” yang serupa pula dengan H&K G3, G3/SG-1 ini selain berfungsi sebagai senapan tembak jitu (sniper rifle) juga bisa berfungsi sebagai senapan serbu infantri karena mempunyai triger group “full-automatic” selain “semi-automatic”. Sebagaimana G3, G3/SG1 juga menganut sistem operasi delayed blow-back. Ini menandakan bahwa varian ini mengarah sebagai bagian integral bagi sniper di dalam struktur regu, bukan untuk sniper murni.
Beragam varian senapan runduk produksi H&K yang berasal dari basis G3.
Beragam varian senapan runduk produksi H&K yang berasal dari basis G3.
Pilihan teleskop jatuh pada Kahles Halia ZF69/Zeiss 1,5-6×36 (artinya perbesaran dari 1,5x sampai dengan 6x dengan diameter scope sebesar 36 mm) dipasang di atas G3/SG1 dengan Claw Mount. Sementara pada popor dipasangi cheekpad sandara pipi, dan disisi dalam yang tidak kelihatan, terdapat dual stage buffer yang mampu meminimalkan efek hentakan balik (recoil).
Soal reputasi tempur, G3/SG-1 terbilang sangat kaya, salah satunya sangat sukses digunakan oleh sniper Navy SEAL dalam operasi Urgent Fury di Grenada pada Oktober 1984. Di kancah dunia airsoft gun, G3/SG-1 sudah tidak asing, bahkan cukup banyak dipakai sebagai senjata andalan untuk beraksi. (Samsul)


Spesifikasi
– Kaliber : 7,62 x 51 mm NATO
– Panjang : 102,5 centimeter
– Panjang laras : 45 centimeter
– Bobot : 5,4 Kg
– Jarak tembak efektif : 500 meter
– Pola operasi : Roller-delayed blowback
– Kecepatan tembak : 500 – 600 peluru per menit
– Kecepatan proyektil : 800 meter per detik
– Kapasitas magasin : 20 peluru
– Pembidik : Zeiss 1.5-6x variable power telescopic sight

Airbus Helicopters EC 725 Super Cougar: Andalan SAR Tempur Paskhas TNI AU

self protection systems for ec725 caracal-050210yourfile
Berita Militer Indonesia-Peran SARpur (SAR/search and rescue Tempur) atau combat rescue adalah bagian dari kemampuan yang dimiliki Korps Paskhas TNI AU. Saat terjadi kecelakaan yang melibatkan pesawat udara/helikopter, kemudian lagi jika muncul situasi pilot jatuh di behind enemy lines, maka tim penolong harus punya kemampuan SAR dan tempur secara bersamaan. Andalan untuk misi SAR tempur yang paling dominan tak lain adalah helikopter.
TNI AU pun sudah punya pengalaman panjang dalam misi SAR tempur, dukungan ‘jembatan’ udara dalam operasi Seroja menjadi medan pembuktiannya bersama dengan satuan heli lain di lingkungan TNI AD. Dan, belakangan untuk menunjang misi SARpur TNI AU mempercayakan pada heli lawas jenis S-58T Twinpac, SA-330 Puma, dan NAS-332 Super Puma. Kesemuanya tak ada masalah untuk menunjang misi SARpur, namun untuk menyikapi tantangan dan potensi ancaman yang terjadi kedepan, ketiga heli tersebut dinilai menjadi kurang ideal, pasalnya ketiga heli hanya dilengkapi persenjataan konvensional (sebatas senapan mesin dan roket) tanpa bekal perangkat elektronik, sensor, dan navigasi yang menunjang.

Perancis sangat mengandalkan heli ini dalam misi combat rescue.
Perancis sangat mengandalkan heli ini dalam misi combat rescue.

Super Cougar dibekali dua pucuk FN MAG kaliber 7,62 mm sebagai door gun.
Super Cougar dibekali dua pucuk FN MAG kaliber 7,62 mm sebagai door gun.

Sementara disisi lain, negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura sudah lebih maju dalam adopsi heli angkut taktis. Menyikapi kebutuhan update pada lini heli angkut taktis untuk misi SARpur, TNI AU pun telah mengambil ancang-ancang sejak lama untuk mengadopsi jenis helikopter baru. Yang dilirik pun punya ternyata punya ‘benang merah’ dengan heli sebelumnya, yaitu EC 725 Super Cougar buatan Airbus Helicopters (d/h Eurocopter). Dirunut dari pengembangannya, Super Cougar tak lain adalah hasil pengembangan dari AS 532 Cougar, sementara AS 523 Cougar adalah update versi militer dari NAS-332 Super Puma.
Kedatangan Super Cougar bukan isapan jempol, dipastikan pada tahun 2014 ini akan diserahkan secara bertahap 6 unit EC 725 pada TNI AU. Total jumlah Super Cougar yang dipesan ada 16 unit dengan jadwal penyerahan hingga tahun 2015. Seperti halnya heli AS 565 Panther TNI AL dan heli AS 550 Fennec yang juga buatan Eurocopter, maka Super Cougar juga akan dirakit oleh PT. Dirgantara Indonesia. Terkait kerjasama dengan Eurocopter, PT DI kebagian peran untuk menjadi pembuat komponen fuselage (badan utama) dan tailboom (ekor) EC-725.

Super Cougar dapat membawa dua pod kanon GIAT kaliber 20mm. Untuk tiap pod terdiri dari 180 amunisi.
Super Cougar dapat membawa dua pod kanon GIAT kaliber 20mm. Untuk tiap pod terdiri dari 180 amunisi.

Tampak pada sisi kiri, Super Cougar membawa peluncur roket Forges Zeebrugge 2.75 inchi. Dalam satu peluncur dapat ditempati 19 roket.
Tampak pada sisi kiri, Super Cougar membawa peluncur roket Forges Zeebrugge 2.75 inchi. Dalam satu peluncur dapat ditempati 19 roket.

Skadron 9
TNI AU sudah mempersiapkan secara matang kedatangan Super Cougar, yakni dengan pembentukan skadron baru, yaitu skadron udara 9 yang akan bermarkas di lanud Kalijati – Subang, Jawa Barat. Dengan hadirnya skadron 9, menjadikan TNI AU nantinya berkekuatan tiga skadron heli angkut berat, yaitu skadron 8 yang ditempati SA-330 Puma dan skadron 6 yang ditempati NAS-332 Super Puma.
Selain punya label Super Cougar, nama lain heli ini adalah EC 725 Caracal. Kemampuan yang cukup mencolok dari heli dengan dua awak ini (pilot dan co-pilot) adalah kebisaan untuk melakukan pengisian bahan bakar di udara (air refuelling). Berkat kemampuan tersebut, heli ini disebut sebagai heli taktis jarak jauh. Metode isi bahan bakar di udara pada heli ini menggunakan teknis hose, serupa dengan Hawk 200 dan Su-30 Sukhoi TNI AU. Dengan begitu, Super Cougar dapat menyusu dengan KC-130B Hercules.
Dengan kemampuan air refuelling, heli ini dapat terbang cukup lama.
Dengan kemampuan air refuelling, heli ini dapat terbang cukup lama.
Cougar pantas diandalkan sebagai heli militer karena memiliki crashworthiness yang tinggi. Termasuk toleransi benturan dan ketahanan sistem vital dan komponennya. Penumpang di dalam kabin helikopter terlindung dari benturan hingga kecepatan 11,4 meter per detik. Tangki bahan bakarnya disegel, dengan sistem pasiokan silang hingga tetap memasok secara kontinu bahkan di saat satu sirkuit bahan bakar gagal.
Rotor utama dan tail rotor (ekor) dilengkapi dengan hub spheriflex tahan benturan, dengan bearing antifriksi metal yang tak perlu dilubrikasi. Rotornya sendiri tahan terjangan proyektil dari kanon kaliber 20 mm dan senapan mesin berat 12,7 mm. Untuk melindungi diri, terdapat pelapis baja untuk pilot dan co-pilot. Sementara gearbox bisa terus berputar selama 30-60 menit. Dalam keadaan tanpa pelumas pun masih bisa berputar 30 menit. EC 725 Super Cougar ditenagai dua mesin Turbomeca Makila 2A1, dimana tiap mesin dapat menghasilkan tenaga 1.776 kW atau setara 2.382 hp.
Rotor utama dilengkapi 5 bilah baling-baling.
Rotor utama dilengkapi 5 bilah baling-baling.
Heli multi-role ini dilengkapi teknologi canggih seperti LCD multi fungsi 6"x8" pada cockpit, terintegrasi dengan peta digital/peperangan elektronik, full glass cockpit, dan lain-lain
Heli multi-role ini dilengkapi teknologi canggih seperti LCD multi fungsi 6″x8″ pada cockpit, terintegrasi dengan peta digital/peperangan elektronik, full glass cockpit, dan lain-lain
Untuk menunjang misi SAR Tempur , heli Cougar dilengkapi dengan personnel locator system (PLS), yang bekerja berdasarkan sistem encrypted communication homing, alat ini berkomunikasi dengan komputer navigasi Avionique Nadir MK2 dari Thales yang kemudian memilih moda navigasi. Dalam memudahkan observasi pada suatu sasaran, Super Cougar dilengkapi dengan kubah pemantau pada pintu kabin, lampu pencari, perangkat FLIR (forward looking infra red) pada sisi bawah hidung, dan radar pendeteksi berjangkauan pandang luas dengan PLS. Awaknya dilengkapi perangkat NVG (night vision goggles) generasi ketiga. Pendek kata, kokpit Cougar yang serba digital sudah kompatibel dengan NVS (night vision systems).
Dalam misi SAR yang melibatkan penyelamatan dari laut, dapat digunakan fitur auto pilot digital SFIMPA yang diatur pada operasional kelas berat. Pada mode operasi ini, manuver untuk transisi dan hovering berlangsung secara otomatis.
Sebagai heli yang mampu mengembang misi tempur secara total, Cougar juga dilengkapi dengan sistem peringatan peluncur rudal (EWR), hal ini amat diperlukan mengingat heli banyak beroperasi di wilayah konflik, ketika harus terbang rendah, maka potensi serangan dari rudal panggul (SAM MANPADS) menjadi sangat berisiko. Tak hanya itu, heli ini juga dapat dilengkapi dengan sistem pengacau infra merah dan radar serta flare decoy, maklum ada beberapa rudal panggul yang mengandalkan pemandu infra red. Kelengkapan tambahan lain adalah centrisep multi purpose air intake yang memungkinkan helikopter dapat beroperasi dengan aman di wilayah gurun pasir maupun medan berdebu. Nah, bicara soal main ‘debu’ sudah dibuktikan dengan handal, tatkala heli ini dikerahkan secara maksimal dalam berbagai misi tempur di Afghanistan.
EC 725 milik AU Thailand
EC 725 milik AU Thailand
Dari segi daya angkut, Cougar layak disebut heli angkut sedang, meski di lingkungan TNI AU akan disebut sebagai heli angkut berat dengan kemampuan membawa 29 prajurit dengan senjata lengkap, atau dapat enam penumpang yang ditandu, ditambah sepuluh penumpang lain
Tahun 2006, EC 725 Perancis dikerahkan di Lebanon untuk membantu evakuasi personel, juga di Afghanistan. Dua EC 725 ditempatkan di Kabul sejak awal 2007 untuk mendukung operasi NATO internationa Security Force. Lebih dari 95% operasi di Kabul menggunakan EC 725. Memasuki tahun 2009, AD Perancis mengoperasikan EC 725 Super Cougar. Selain Indonesia yang akan menerima Super Cougar pada tahun ini, negara lain yang sudah menggunakan heli ini lebih dulu adalah AU Malaysia, AU Thailand, AU Tunisia, AU/AL Meksiko, AU/AL/AD Brazil, AU/AL Perancis, dan AU Kazakhstan. (Sam)

Spesifikasi EC 725 Super Cougar
– Kru : 2 (pilot + co-pilot)
– Kapasitas : 29 pasukan bersenjata lengkap dengan beban maksimum 5.670 kilogram
– Panjang : 19,5 meter
– Tinggi : 4,6 meter
– Bobot kosong : 5,330 kilogram
– Bobot tempur : 11,000 kilogram
– Diameter rotor utama : 16,20 meter
– Performance EC 725 Cougar
– Kecepatan maksimal : 324 kilometer/jam
– Kecepatan jelajah : 285 kilometer/jam
– Jangkauan tempur maksimal : 1.325 kilometer
– Ketinggian terbang maksimal : 6.095 meter
– Kecepatan menanjak : 7,4 meter/detik

Kamis, 21 Mei 2015

Bakamla Minati Pesawat Amfibi ITB

 
Ilustrasi Pesawat Amfibi
Ilustrasi Pesawat Amfibi

Berita Militer Indonesia-Badan Keamanan Laut (Bakamla) berencana membeli pesawat amfibi buatan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membantu pelaksanaan tugas pengamanan laut. Menurut pelaksana tugas Sekretaris Utama Badan Keamanan Laut, Laksamana Pertama Dicky R. Munaf, pesawat amfibi dapat menjadi solusi pemberantasan tindakan ilegal di laut Indonesia.
Dicky mencontohkan, kapal-kapal asing pelaku tindakan ilegal sering berada di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif atau berjarak 200 mil laut dari garis pantai Indonesia. Dengan begitu, mereka mudah melarikan diri ketika aparat keamanan Indonesia menyergap mereka. Kapal-kapal asing itu cukup bergerak sedikit menuju laut internasional, sehingga tak bisa ditangkap petugas.
“Padahal untuk mengerahkan kapal patroli dari pantai ke Zona Ekonomi Eksklusif bisa makan waktu delapan jam. Kalau pakai pesawat amfibi, waktu tempuh lebih singkat,” kata Dicky di kantor Bakamla, Jakarta, Rabu, 20 Mei 2015.
Sesuai dengan rencana, pesawat amfibi tersebut bisa dinaiki minimal tiga orang, yang terdiri atas pilot, navigator, dan penyidik Bakamla. Penyidik Bakamla menjadi awak terpenting dalam pesawat itu. Sebab kejahatan di laut harus ditangani pada saat itu juga oleh petugas Bakamla.
Dicky menjelaskan, saat satelit pusat Bakamla menemukan kejanggalan aktivitas kapal di laut, pesawat amfibi akan dikerahkan ke lokasi kapal itu. Pesawat akan mendarat di dekat kapal yang dicurigai. Penyidik selanjutnya menaiki rakit untuk menuju kapal guna melakukan pemeriksaan. “Jadi penyidikannya bisa dilakukan di laut langsung,” katanya.
Bakamla belum tahu persis rupa pesawat amfibi yang bakal dibeli dari ITB itu. Sebab sampai sekarang Mulyo Widodo, profesor dari ITB, masih berupaya menyelesaikan riset pesawat itu. Meski hasil rise itu belum jelas, Dicky mengatakan, Bakamla siap membeli enam pesawat amfibi dari ITB. Pesawat-pesawat itu akan disebar ke sejumlah pangkalan Bakamla di Batam, Manado, dan Ambon. “Kami belum buka tender, tapi kami minta ITB segera menyelesaikan produknya,” kata Dicky.
Sebelumnya, Bakamla membeli sepuluh robot bawah air dari ITB. Robot tersebut akan digunakan dalam misi search and rescue dan pemberantasan kejahatan bawah laut. Robot ITB mampu menyelam hingga kedalaman 100 meter dan dilengkapi dua kamera, di depan dan belakang badan, yang bisa langsung menampilkan video di bawah laut kepada operator yang berada di atas kapal. Robot bawah laut ITB dihargai Rp 1,7 miliar per unit.
Tempo.co

Ketika Merah Putih Berkibar Pertama Kali di Papua

Pasukan Gerak Tjepat di Papua mengibarkan sang saka merah putih pertama pada 21 Mei 1962 (Foto: tni-au.mil.id)
Pasukan Gerak Tjepat di Papua mengibarkan sang saka merah putih pertama pada 21 Mei 1962 (Foto: tni-au.mil.id)

Berita Militer Indonesia-Tanggal 21 Mei 1998, jadi periode penting perjalanan bangsa Indonesia yang merupakan transisi besar dari rezim orde baru ke era reformasi. Tapi ada satu momen yang tak kalah penting di tanggal yang sama 53 tahun silam 1962, namun jarang diingat publik.
Pengakuan kedaulatan Belanda atas Republik Indonesia pada 1949, tak serta-merta membuat Belanda angkat kaki dari segenap wilayah nusantara. Papua yang dulu bernama Irian Barat, jadi daerah terakhir yang berupaya dicengkeram erat Belanda.
Terlepas dari berbagai kisah dan fakta kontroversial soal pembebasan Papua, patut diketahui bahwa pada 21 Mei 1962, adalah kali pertama sang saka Merah Putih berkibar di wilayah paling timur Indonesia itu.
Presiden Soekarno sejak 1961 sudah mulai curiga bahwa Belanda berencana membuat negara boneka yang bisa mereka setir. Tujuannya tentu mencegah Papua menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Soekarno pun memerintahkan Adam Malik, untuk bertemu perwakilan Belanda terkait hal itu.
“Dam, saya mau berikan opdracht (perintah) supaya kami bertemu wakil Belanda. Saya ingin tahu apa Belanda benar mempunyai keinginan untuk menyelesaikan masalah Irian Barat,” cetus Soekarno dalam buku ‘Maria van Engels’.
Awal Desember pada tahun yang sama di Bonn (Jerman Barat), perundingan pun berlangsung dan sayangnya “dicederai” penyampaian resolusi kepada Dewan Keamanan (DK) PBB dari Menteri Luar Negeri Belanda, Joseph Luns, yang berniat memisahkan Irian Barat dari Indonesia.
Mendengar hal itu, Soekarno melantangkan seruan, “Gagalkan usaha Belanda mendirikan Negara Papua!”. Sosok berjuluk Putra sang Fajar itu pun menegaskan bahwa sebelum ayam jantan berkokok pada 1 Januari 1963, Irian Barat sudah harus dibebaskan dari Belanda!
Tri Komando Rakyat (Trikora) pun digagas dengan merancang Komando Mandala. Sejumlah operasi pun digelar, termasuk penerjunan 54 anggota Pasukan Gerak Tjepat (PGT, sekarang Paskhas TNI AU) di Teminabuan pada 19 Mei 1962.
Mereka terjun di atas tangsi Belanda dan langsung terjadi kontak senjata. Kendati dua prajurit gugur, yakni Kopral Udara II Alex Sangido dan Wangko, pasukan Belanda yang terkejut memilih mundur ke wilayah Kota Teminabuan.
Setelah konsolidasi segenap pasukan penerjun dilakukan dengan mengumpulkan 40 personel di Kampung Wersar, Sersan Udara II Mengko melahirkan inisiatif untuk para pasukannya menebang pohon untuk dijadikan tiang kayu. Bendera merah putih pun dikeluarkan dari ranselnya untuk kemudian dikibarkan.
Itu jadi momen perdana bendera merah putih berkibar di tanah Papua, meski sedianya mereka masih belum lepas dari aksi pertempuran dengan Belanda. Tak berapa lama, pasukan Belanda mulai dibantu kekuatan udara mereka.
Pesawat pembom Lockheed Neptune dan pesawat pemburu Fairey Firefly merongrong posisi pasukan Mengko, hingga terpencar jadi beberapa grup kecil. Beberapa personel PGT tertawan, di antaranya Prajurit Udara I Kardi, Kopral Udara II Ngatijan, Kopral Udara II Hadi Suprapto, Kopral Udara I Radar dan Kopral Udara II Basri.
Sementara itu sisa personel PGT mengundurkan diri dan terus mendapat serangan dari Belanda hingga ikut tertawan pada 22 Juni 1962. Mereka bari dibebaskan pada September 1962 lewat sebuah perjanjian dua negara yang bersengketa itu. (Okezone)