Memang masih agak lama, tapi jagad alutsista Indonesia di tahun 2016 digadang bakal dibuat semarak, selain rencana tibanya pesanan heli serbu AH-64E Apache Guardian dan kapal selam Changbogo Class, di tahun tersebut PT Pindad telah menjadwalkan bahwa prototipe medium tank yang dibuat bersama FNSS, perusahaan kontraktor militer asal Turki, akan meluncur untuk melakukan uji coba.
Konsep rancang bangun medium tank yang dibuat di industri strategis di dalam negeri jelas merupakan lompatan jauh ke depan. Hadirnya segmen medium tank yang populer disebut program tank nasional sontak memberi angin pembaharuan dalam lini kesenjataan kavaleri. Bila armada Leopard 2A4 dan Leopard 2A4 Revolution mengisi segmen heavy tank (MBT/Main Battle Tank). Kemudian AMX-13 Retrofit dan Alvis Scorpion 90 mengisi segmen tank ringan (light tank). Maka hadirnya medium tank menjadikan struktur kavaleri lapis baja TNI AD terlihat sempurna.
Sesuai dengan kesepakatan pembuatan medium tank antara PT Pindad dan FNSS yang dilakukan di ajang IDEF 2013 di Turki (Mei 2013). Tank kelas sedang pengembangan dua negara ini akan memiliki berat 24 – 30 ton. Untuk meriam menggunakan kaliber 105 mm dan sasis untuk kavaleri dengan silhouette maximum 2,5 meter.
Medium tank ini pun nantinya tak sebatas disasar untuk digunakan oleh TNI AD, sasis tank dapat dikembangkan untuk kemampuan amfibi, sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan Korps Marinir. Dikutip informasi dari Pussenkav Kodiklat TNI AD, medium tank ini akan diawaki oleh 3 personel dan punya body proteksi terhadap blast mine dan mampu menahan terjangan proyektil kanon kaliber 30 mm (STANAG 4569).
Spesifikasi Medium Tank Pindad
- Dimensi : 7 x 4 x 2,5 meter
- Bobot : 24 – 30 ton
- Bebas dasar : > 40 cm
- Sudut datang : > 45 derajat
- Sudut pergi : > 40 derajat
- Tekanan jejak : 0,9 kg/cm3
- Daya tanjakan : 60%
- Lintasan miring : 30%
- Rintangan tegak : 70 cm
- Lintas parit : 150 cm
- Mengarung/fording : 120 cm
Sementara untuk sistem senjata, awalnya PT Pindad menyiapkan jawara manufaktur meriam, mulai dari CMI (Cockerill Maintenance & Ingenierie SA Defense) dari Belgia, OTO Melara dari Italia, dan Denel Land System dari Afrika Selatan. CMI dengan meriam Cockerill-nya sudah punya reputasi panjang di platform ranpur TNI AD dan TNI AL. Sementara OTO Melara sangat populer di lini meriam reaksi cepat 76 mm di frigat Van Speijk, korvet Bung Tomo Class, dan SIGMA Class. Sedangkan Denel Land System terbilang rekanan baru untuk lini meriam. Belum lama prototipe Anoa 2 6×6 tampil dengan kubah kanon LCT20 buatan Denel.
Seperti bisa ditebak, pada hari Senin (15/9/2014), Pindad resmi menggandeng perusahaan asal Belgia, CMI, untuk pengembangan sistem meriam atau turret. Untuk tahap awal, produsen amunisi senapan dan kendaraan tempur asal Bandung itu akan memproduksi turret kaliber 90 mm dan 105 mm untuk dipasang di kendaraan tempur produksi Pindad. Penandatangan nota kesepahaman antara kedua perusahaan diresmian di hanggar produksi panser Anoa milik Pindad, di Kiara Condong, Bandung. Pindad dan CMI akan membentuk komite untuk menyusun proses alih teknologi (Transfer of Technology)dan pelatihan teknis untuk mendukung tujuan memproduksi turret kaliber besar.
Meski belum ada penjelasan tentang jenis/tipe meriam 105 mm yang akan dipasang, namun yang pasti meriam tersebut digerakan secara elektrik dan mekanik. Laras meriam kaliber 105 mm smoothbore dapat menembakkan berbagai jenis amunisi (termasuk jenis APFDS) dengan jarak tembak efektif minimal 1.500 meter. Laras juga dibekali bore evacuator dan dilapisi thermal jacket. Untuk olah geraknya, laras punya sudut elevasi maksimum 42 derajat hingga -6 derajat. Tentu saja dengan sudut putar kubah 360 derajat.
Dengan 2 orang awak di dalam kubah, maka pengisian amunisi mengadopsi sistem autoloader. Guna presisi saat penembakkan, kubah dibekali turret stabilized system dengan gyro stabilizer dan firing control system yang mengadopsi komputer balistik. Untuk mengnci sasaran, gunner dibantu dengan auto target locking system. Memudahkan dalam olah pertempuran, juga ada pemilihan sasaran secara otomatis lewat hunter killer system. Bahkan ada bekal IFF (identification friend or foe).
Nah, disamping laras terdapat senapan mesin sedang coaxial kaliber 7,62 mm. Sapuan senjata ini efektif untuk membungkam lawan hingga jarak 800 meter. Di bagian atas tengah kubah, ada lagi senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm. Tapi senjata ini dioperasikan secara RCWS (remote control weapon system). Untuk proteksi, kubah dilengkapi pelontar granat asap kaliber 40 mm (4 buah di kanan dan 4 buah di kiri).
Melihat dari kebutuhan yang ada, besar kemungkinan medium tank Pindad nantinya akan mencomot jenis Cockerill CT-CV 105HP. Kubah meriam anyar nan canggih ini juga dapat melontarkan Gun-Launched Anti-Tank Guided Missile (GLATGM), Falarick 105. Bila proyeksi ini benar adanya, maka daya gebuk medium tank Pindad ini bakal sangat tinggi. (Gilang Perdana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar