Posisi geografis Indonesia yang strategis, membuat kita dapat menjadi mangsa Negara lain. Karenanya untuk terus meningkatkan pertahanan Nasional, kita harus memperkuat persenjataan. Indonesia mulai mencoba mandiri dalam pengadaan alat pertahanan strategis. Salah satunya adalah sistem pertahanan missile/ peluru kendali jarak menengah dan jauh. Usaha ini penting mengingat keuangan Indonesia mungkin tidak sekuat negara-negara lain.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sudah memulai pengembangan roket nasional sejak 1964. Indonesia bahkan menjadi negara kedua di Asia dan Afrika setelah Jepang yang berhasil meluncurkan roketnya sendiri, yaitu roket Kartika. Namun sayangnya, Indonesia gagal melakukan alih-teknologi sehingga kita seringkali bernasib sebagai konsumen dari negara lain.
Kini dengan dana mencapai Rp 5 miliar, Lapan terus mengembangkan Roket Xperimental 550 (RX-550). Sejak dikembangkan ditahun 2011, sayangnya RX-550 masih bergulat dengan serangkaian uji statis karena berbagai kendala. Bila RX-550 terbukti sukses, sudah jaminan LAPAN juga mampu membuat peluru kendali jarak jauh atau rudal balistik sebagai bagian dari sistem pertahanan udara nasional. Tinggal pekerjaan rumah berikutnya adalah mempersiapkan sistem pengendali bagi rudal balistik ini.
Patut dicatat, sebelum berkonsentrasi pada RX-550, LAPAN telah sukses melakukan uji terbang RX-450 pada 2009 lalu.
RX-550 di daulat sebagai roket terbesar yang pernah dikembangkan LAPAN dengan kaliber 550 mm. 550 berbahan bakar hydroxyl toluen poly butadiene (HPTB) ini berdaya jangkau hingga 533 km dan ketinggian terbang bisa mencapai 150 km. Roket mampu mengorbit seperti satelit dengan memiliki panjang hingga 10 meter pada komponen tingkat pertama dan kedua. Kecepatan maksimum RX-550 bisa mencapai Mach 7.67, bahkan roket dapat dimuati payload sampai 300 kg, ini artinya dalam misi militer roket dapat membawa hulu ledak yang lumayan berat dan berdaya hancur tinggi.
Roket berdiameter 550 m dengan panjang 6 meter ini merupakan penyempurnaan dari beberapa roket Lapan sebelumnya yaitu RX-420. Roket ini juga dapat berfungsi sebagai roket pendorong (boster) utama bagi roket pengorbit satelit, sehingga implementasinya tidak hanya pada bidang militer saja.
Lapan dalam pengembangan RX-550 menggandeng Ukraina dalam pengembangan nosel roket termasuk di dalamnya kesepakatan untuk proses alih teknologi. Nosel roket menjadi titik penentu kesuksesan pengembangan roket ini. Di 2011 lalu, LAPAN sempat melakukan pengujian dan ditetapkan roket masih belum bisa dikatakan layak uji terbang. Ini dikarenakan belum sempurnanya struktur komponen nossel motor roket.
Idealnya, ketebalan struktur material 6 mm, sedangkan kondisi saat itu ketebalannya hanya 3 mm. Jadi yang seharusnya material itu bisa menahan panas sebesar 3.000 derajat celcius selama waktu pembakaran propelan sekitar 14 detik hanya tahan dalam waktu 7 detik saja. Akibatnya, saat memasuki detik ke 8, material nossel robek dan pecah. Namun, LAPAN tetap optimistis mampu menerbangkan roket RX-550 — setelah sebelumnya mengalami kendala pada tabung motor dan nosel.
Selain menggarap RX 550, LAPAN dan lembaga lembaga strategis lainnya juga sedang merancang roket kendali atau cruisser. Salah satunya diberi nama Roket Kendali Nasional atau RKN 200. (Deni Adi)
Spesifikasi Roket RX-550 LAPAN:
- Panjang : 14,91 meter
- Diameter : 0,555 meter
- Litoff weight : 4.943 Kg
- Total propellant Mass : 3.072 Kg
- Potential payload weight : 300 Kg
- Maximum Speed : Mach 7.67
- Maximum altitutude : 150 Km
- Maximum Range : 533 Km.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar