Rencana Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) untuk memperbarui armada udaranya menarik perhatian sejumlah negara. Banyak pabrikan di dunia yang memberikan penawaran menarik, bahkan tak segan datang ke Indonesia untuk menunjukkan kehebatannya di hadapan para petinggi AU.
Adalah produsen Dassault Aviation, pabrikan pesawat udara asal Prancis ini mendatangi Indonesia untuk memamerkan kemampuan pesawat buatannya, yakni Dassault Rafale. Pesawat multifungsi ini diharapkan membuat Indonesia tertarik dan meneken kontrak pembeliannya.
Meski begitu, TNI AU sendiri sudah memasukkan beberapa jet tempur lainnya ke dalam daftar belanja mereka selama 2015 sampai 2019. Mulai dari AS, Inggris hingga ke Rusia. Bahkan, lirikan TNI AU untuk membawa pulang Sukhoi Su-35 mendapat perhatian media internasional.
Pesawat-pesawat tempur yang diincar Indonesia antara lain, F-16 Block 52+ Fighting Falcon, Eurofighter Typhoon, dan Sukhoi Su-35. Namun, hanya Su-35 yang belum teruji kehebatannya di medan pertempuran.
Ini pesawat tempur incaran TNI AU yang sudah teruji kehandalannya:
1. F-16 Fighting Falcon
Jet tempur F-16 sudah lama jadi andalan AS dan negara-negara penggunanya. Keterlibatan AS di beberapa konflik membuat jet ini sering digunakan untuk menggempur posisi lawan.
Oleh militer AS, F-16 sudah diterjunkan ke berbagai medan pertempuran, antara lain Operasi Badai Gurun pada 1991 melawan Irak yang menginvasi Kuwait dan Perang Balkan pada 1990-an. F-16 juga pernah ditugaskan dalam misi patroli di zona larangan terbang selama Operasi Pengamatan Utara dan Pengamatan Selatan serta terlibat penuh dalam invasi di Afghanistan pada Operasi Kebebasan Abadi.
Sepuluh tahun berikutnya, jet ini diikutkan dalam Operasi Kebebasan Rakyat Irak pada 2001 dan 2003. Pada 2011, F-16 ambil bagian dalam upaya intervensi melawan pasukan Muammar Gaddafi di Libya.
Selain AS, pesawat ini juga pernah digunakan Israel dalam pertempuran di dataran Bekaa pada 29 April 1981 melawan heli Mi-8 milik Suriah. Negara ini juga pernah mengoperasikannya dalam Operasi Opera untuk menembak target di darat, termasuk menyerang reaktor nuklir milik Irak.
Beberapa negara pernah menggunakan F-16 dalam berbagai pertempuran lainnya, yakni Pakistan, Turki, Mesir, Belanda, Belgia, Denmark, Norwegia dan Venezuela. Kini oleh negara-negara anggota NATO, pesawat ini dipakai untuk menyerang basis-basis militan ISIS.
2. Dassault Rafale
Dassault Rafale memang bukan barang baru di dunia kemiliteran. Pesawat ini sudah didesain sejak 1988 lalu, dan terus dikembangkan produsennya sampai sekarang. Bicara soal kehandalannya, jet tempur ini sudah terjun ke berbagai medan pertempuran.
Keikutsertaan pesawat ini pertama kali terjadi pada 2002. Tujuh unit Rafale ini ikut serta dalam Operasi Kebebasan Abadi yang digelar AS terhadap Afghanistan. Perang bersandi ‘Misi Hercules; ini terbang dari kapal induk Prancis Charles de Gaulle, misi tersebut gagal menemukan satu pun target. Di tahun yang sama, jet ini sempat dilibatkan dalam patroli di perbatasan India dan Pakistan.
Setelah sempat terhenti, jet ini kembali dilibatkan dalam pertempuran di Afghanistan Selatan. Para pilot ditugaskan untuk membantu pergerakan pasukan Belanda. Baru pada Januari 2009 sampai Desember 2011, pesawat ini ditempatkan di Kandahar International Airport setelah lama menginduk pada kapal Charles de Gaulle.
Kekacauan dan pemberontakan yang terjadi di Libya membuat Prancis ikut serta di dalamnya bersama pasukan NATO. Pesawat ini ditugaskan untuk melacak dan menghancurkan artileri berat yang diarahkan ke Benghazi, kota yang dikuasai para pemberontak. Di bulan dan tahun yang sama, Rafale dilaporkan berhasil menghancurkan jet tempur Libya G-2/Galeb di landas pacu.
Kini, Rafale turut dilibatkan dalam misi pengintaian dalam pertempuran melawan militan ISIS. Enam dari sembilan pesawat dilaporkan telah mengindentifikasi lokasi ISIS dan mendukung serangan udara AS. Pada 18 September, Prancis terlibat penuh dalam pengeboman dan penghancuran di Zumar hingga menewaskan selusin anggota ISIS.
3. Eurofighter Typhoon
Meski tak banyak operasi yang dilakukan pesawat ini, namun Eurofighter Typhoon berkali-kali terlibat dalam beberapa pertempuran. Mulai dari perang saudara di Libya sampai Suriah dalam kampanye melawan ISIS.
Berbeda dengan Rafale dan beberapa jet tempur AS serta negara-negara anggota NATO, pesawat ini melakukan pengamanan di wilayah larangan terbang di Libya. Pada 12 April 2011, Eurofighter Typhoon pertama kali ditugaskan untuk menghancurkan sebuah target di darat yang dioperasikan pasukan Gaddafi. Kendaraan itu terparkir di lapangan tank yang ditinggalkan.
Eurofighter menjatuhkan satu GBU-16 Paveway II seberat 454 kg di mana serangan tersebut diklaim sangat sukses dan sangat akurat oleh Royal Air Force. Keberhasilan itu membukukan sejarah baru bagi pesawat ini, mengingat para penerbang mereka minim pelatihan serangan udara ke darat.
Selain Inggris, pesawat ini juga dipakai Arab Saudi dalam serangan ke Suriah. Serangan ini diarahkan kepada militan ISIS dengan menggunakan bom Paveway IV untuk pertama kali. (Merdeka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar