Jika tak ada halangan, di tahun 2016 TNI AL akan kedatangan kapal perang tercanggihnya, Perusak Kawal Rudal (PKR) SIGMA Class 10514. Kini kapal sedang dalam tahap pembangunan dan perakitan di galangan Damen Schelde Naval Shipbuilding, Belanda dan PT PAL, Surabaya, dan kita berharap semua proses dapat berjalan lancar sesuai rencana, dan kemudian berlanjut ke pembangunan kapal kedua. Sebagai kapal perang tercanggih, SIGMA Class 10514 yang masuk golongan light fregate disokong aneka persenjataan terbaru di kelasnya.
Sejauh ini belum ada rilis resmi mengenai jenis dan jumlah persenjataan PKR 10514. Hanya saja disebutkan kapal ini nantinya bakal punya kemampuan peperangan tiga dimensi, yaitu permukaan, udara, dan bawah permukaan. Menilik desain atau gambar yang dikeluarkan PT PAL bisa ditebak meriam utama akan menggunakan kaliber 76 mm. Untuk peluru kendali anti kapal, besar kemungkinan masih mengadopsi keluarga Exocet.
Dari gambaran juga, bisa di lihat pada bagian depan anjungan terdapat semacam roket anti kapal selam. Namum, yang menarik di belakang meriam utama, terdapat sejumlah peluncur rudal anti serangan udara dengan sistem vertical launch system (VLS) seperti yang ada di korvet Bung Tomo Class. Selain itu, PKR 10514 dipastikan membawa sejumlah senjata lain seperti kanon jarak dekat model CIWS dan tentunya peluncur torpedo. Nah, bicara tentang kanon CIWS, berdasarkan ilustrasi yang dibuat pihak Damen, nampak kapal pesanan TNI AL menggunakan kanon Oerlikion Millenium kaliber 35 mm, ini merupakan versi lain dari Oerlikon Skyshield yang digunakan Paskhas TNI AU.
Sistem Skyshield menggunakan basis kanon kaliber 35 mm, lebih besar dibanding peluru yang digunakan kanon CIWS Phalanx ataupun Goalkeeper. Sistem hanud Skyshield sudah digelar AD Jerman untuk melindungi pos pasukan mereka di Afghanistan, sebagai sistem anti mortir dan artileri yang terpentek mati di sekitar markas.
Melihat kesuksesan sistem berbasis darat tersebut, memacu Rheinmetall Defence untuk mencoba mengadopsinya di platform kapal perang. Ditambah kebanyakan galangan membangu kapal dengan sistem modular, semakin memudahkan bagi Rheinmetall untuk mencari celah memasukkan produk andalannya ke dalam integrasi SEWACO (Systems, Weapon, and Command) dari masing-masing kapal perang.
Dan, wujudnya kemudian hadir dalam label Millenium ILDS (Inner Layer Defense Systems). Seperti halnya Skyshield, Millenium juga mengandalkan jenis kanon Oerlikon Contraves 35/1000 kaliber 35 mm L79 GDF-007 dengan mekanisme gas serta pendingin berupa air. Kanon ini digadang mampu melibas sasaran berupa helikopter, jet tempur yang terbang rendah, sampai rudal jelajah. Karena dipasang di wahana kapal perang, maka Millenium di setting untuk tiga peran utama. Pertama, short target warfare guna mendukung pasuka pendarat amfibi kawan dan menekan ancaman pasukan pertahahan pantai. Lalu surface warfare, yakni mengatasi ancaman asimetris di sekitar perairan litoral dan penegakan hokum di lautan. Dan yang ketiga anti air warfare, yakni untuk menetralisir ancaman dari pesawat tempur, drone, dan dari sistem artileri musuh saat kapal sandar di dermaga.
Rheinmetall memberi jaminan, amunisi 35 mm yang dilontarkan dari larasnya mampu menghantam sasaran kecil yang bergerak cepat seperti jetski. Bahkan kalau perlu periskop kapal selam yang sedang timbul pun dapat dilibas. Semua itu bukan tanpa alasan, pasalnya Millenium dibekali sistem stabililasi mutakhir pada dudukan kanon, serta komputer balistik yang mampu mengompensasi kemiringan, guncangan, arah kapal, kecepatan angin, dan lain-lain.
Guna menyesuaikan pada rancangan kapal perang modern yang streamline dan modular, Rheinmetall sudah menyiapkan pemasangan dudukan kanon agar sesimpel mungkin. Millenium disiapkan untuk dapat dioperasikan tanpa awak, namun memiliki backup manual apabila dibutuhkan, peran awak lebih ditekankan untuk proses reload cartridge amunisi. Sementara untuk kendali tembakan, dilakukan terpadu dari PIT (Pusat Informasi Tempur). Pada istilah Syshield dikenal CP (Commmand Post) berupa kontainer yang menjadi pusat kendali tembakan. Pada CP terdiri dari dua LCD besar yang menampilkan sasaran di layar kiri berikut berbagai macam data terkait seperti vector, kecepatan, dan perkiraan tipe sasaran. Sementara disisi kanan yang merupakan konsol komandan menampilkan layar radar. Juru tembak/operator di kursi kiri mengendalikan joystick yang terkoneksi ke dua kanon Skyshield.
Menyadari bahwa di kapal perang sarat aneka sensor dan perangkat elektronik dari beragam vendor, menjadikan Rheinmetall harus merancang sistem Millenium agar fleksibel, diwujudkan dengan kemampuan kanon ini untuk kompatibel dengan sistem sensor, radar pencari, dan rajak penjejak buatan negara-negara NATO.
Untuk mengakomodir kebutuhan galangan kapal, Rheinmetall menyediakan dua opsi dudukan. Hebatnya kedua dudukan tidak membutuhkan penanaman sistem di bawah dek yang masif, hampir seluruh sistem dapat diakomodir dalam rumah kanon, dimana hanya dibutuhkan lubang akses untuk kabel daya dan sinyal. Opsi dudukan pertama adalah standard gun mounting, sistem Millenium dipasang pada dek dengan cincin dudukan standar.Kemudian opsi dudukan kedua adalah ISO-Mount, dimana Millenium tidak langsung ditempelkan di dek, tetapi ke sistem dudukan ISO berbentuk kontainer kotak. ISO Mount mudah dilepasa pasang, sehingga memudahkan dalam perawatan. Kontainer ISO Mount juga dapat menyimpan amunisi tambahan, kotak peralatan, crane untuk perawatan serta baterai cadangan.
Sebagai sumber tenaga,Millenium mendapat pasokan sistem baterai isi ulang yang terkoneksi dengan listrik kapal. Dalam kondisi kapal rusak dan kehilangan tenaga, Millenium masih bisa beroperasi secara mandiri berkat cadangan tenaga dari baterai tersebut.
Meski kanon Skyshield menggunakan jenis laras tunggal, kanon ini nyatanya dapat melontarkan 1.000 proyektil dalam satu menit. Hal tersebut dapat berlangsung berkat adopsi sistem revolver empat kamar. Peluru yang dipasok sabuk memasuki salah satu lubang peluru dari revolver untuk kemudian ditembakkan dari revolver yang terus berputar, menghasilkan kecepatan tembak cukup tinggi tanpa perlu menghambur-hamburkan peluru dibanding kanon multilatras dengan konsep Gatling pada Phalanx. Dalam hal kecepatan tembak, proyektil Skyshield dapat melesat hingga 1.440 meter per detik dengan jangakaun tembak efektif hingga 4 kilometer.
Amunisi Skyshield
Untuk urusan amunisi 35 mm, pihak pabrikan meracik AHEAD (Advanced Hit Energy & Destruction). AHEAD merupakan peluru dari tipe airbursting atau pecah di udara. Peluru ini punya dua varian, yaitu ADV (air defence variant) dan IFV untuk menghadapi kendaraan tempur. Khusus untuk peluru ADV, tiap ujung proyktil tersimpan 152 pellet (sub proyektil) berbahan tungsten yang setiap pellet memiliki bobot 3,3 gram. Bila yang dihadapi sasaran seperti rudal, digunakan AHEAD konvensional dengan 31 sub proyektil yang masing-masing terdiri dari susunan 11 pellet dengan bobot 1,5 gram.
Untuk urusan amunisi 35 mm, pihak pabrikan meracik AHEAD (Advanced Hit Energy & Destruction). AHEAD merupakan peluru dari tipe airbursting atau pecah di udara. Peluru ini punya dua varian, yaitu ADV (air defence variant) dan IFV untuk menghadapi kendaraan tempur. Khusus untuk peluru ADV, tiap ujung proyktil tersimpan 152 pellet (sub proyektil) berbahan tungsten yang setiap pellet memiliki bobot 3,3 gram. Bila yang dihadapi sasaran seperti rudal, digunakan AHEAD konvensional dengan 31 sub proyektil yang masing-masing terdiri dari susunan 11 pellet dengan bobot 1,5 gram.
Ketika tungsten dipanaskan oleh ledakan, maka dengan mudah menembus bodi alumunium pesawat tempur, helikopter, dan pastinya rudal. Saat proyektil AHEAD pecah di udara, pellet pecah tersebar bak peluru senapan tabur raksasa. Sebarannya membentuk pola radial/kerucut yang akan menangkap rudal dalam jangkauan sebarannya. Dengan proyektil yang pecah pada jarak berdekatan, pellet-pellet membentuk awan metal raksasa yang mampu ‘menjaring’ setiap sasaran. Secara teori, Skyshield mampu mencegat rudal lawan pada jarak satu sampai tiga kilometer. Dengan saru magasin yang terdiri dari 252 peluru, kanon ini dirancang mampu menghalau 10 rudal atau pesawat yang melintas dengan kecepatan tinggi.
Unit sensor Millenium menyediakan kemampuan pencarian, akusisi, penjejakan dan penindakan sasaran, kemudian mengirimkannya ke sistem kendali penembakan untuk memberikan solusi penembakan berdasarkan sejumlah parameter data yang dihasilkan unit sensor. Sistem yang dipasang terdiri dari radar pencari, radar penjejak, dan sensor elektro optik untuk menjejak sasaran. Radar pencari berbentuk kotak dan beroperasi pada i-band di frekuensi 8,6 – 9,5 Ghz, berputar dengan kecepatan 40 kali per menit dan memiliki moda gelombang penjejak 2D atau 3D sesuai kebutuhan.
Sistem radar pencari dihubungkan dengan modul IFF (identification friend or foe) untuk dapat mengenali target di udara. Kemampuan menjejak sasaran dibagi dalam dua radius: 12 kilometer untuk elevasi -5 sampai 70 derajat, atau 20 kilometer untuk elevasi -5 sampai 42 derajat. Pemancaran gelombang radar dilengkapi moda burst untuk mencegah jamming, plus modul ECCM (electronic counter measure) untuk menghadapi situasi perang elektronik. (dari berbagai sumber)
Spesifikasi Oerlikon Millenium 35 mm
Manufaktur : Rheinmetall Defence
Sistem Kendali : Remote/DC Servo
Kecepatan Tembak : 1000 proyektil per menit
Kecepatan proyektil : 1.440 meter per detik
Jangkauan Efektif : 4.000 meter
Bobot : 400 kg
Panjang : 4.110 mm
Sudut elevasi laras : -15 sampai 85 derajat
Kapasitas amunisi : 252 peluru per magasin
Sistem Daya : 120 VDC/40 Ah
ISO Mount : 1.630 Kg
Manufaktur : Rheinmetall Defence
Sistem Kendali : Remote/DC Servo
Kecepatan Tembak : 1000 proyektil per menit
Kecepatan proyektil : 1.440 meter per detik
Jangkauan Efektif : 4.000 meter
Bobot : 400 kg
Panjang : 4.110 mm
Sudut elevasi laras : -15 sampai 85 derajat
Kapasitas amunisi : 252 peluru per magasin
Sistem Daya : 120 VDC/40 Ah
ISO Mount : 1.630 Kg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar