Dari beragam varian senjata di lini artileri medan, keberadaan self propelled (swa gerak) howitzer tidak dapat dipandang sebelah mata, bersamaan dengan towed (tarik) howitzer, self propelled howitzer punya andil yang cukup strategis dalam jalannya pertempuran, terlebih pada penekanan keunggulan daya gerak dan proteksi bagi awak. TNI AD pun termasuk senior dalam mengoperasikan self propelled howitzer.
Lewat AMX MK61, untuk pertama kalinya Indonesia mengenal self propelled howitzer, alutsista ini mulai memperkuat Armed TNI AD pada pertengahan tahun 70-an hingga 1982. Dan, lewat pengabdian yang sangat panjang, AMX MK61 hingga kini belum tergantikan di lingkup TNI AD. Upaya pembaharuan self propelled howitzer sudah ada, tapi belum menyentuh ke self tracked propelled howitzer yang mengandalan roda rantai, maklum self tracked propelled howitzer memang mengadaptasi basis tank, seperti halnya AMX MK61 yang mencomot sasis tank ringan AMX-13.
Meski bergerak lambat, TNI AD sudah melakukan upgrade self propelled howitzer, wujudnya seperti hibah FH-2000 dari Singapura dan yang paling baru TRF-1 CAESAR yang dibeli dari Perancis, keduanya mengusung kaliber 155 mm. Namun, celah kebutuhan untuk self tracked propelled howitzer belum terjawab. Dan, setelah lama menanti, akhirnya ada titik terang pengganti AMX MK61. Yang dimaksud adalah K9 Thunder buatan Samsung Techwin, Korea Selatan.
Kabarnya, Armed TNI AD akan mengakuisisi dua batalyon self propelled howitzer roda rantai, yang tiap batalyon dibekali 18 pucuk senjata. Kandidat terkuat mengarah ke K9 Thunder, lantaran ada sejarah mesra antara Armed TNI AD dan Korea Selatan, dimana sebagian besar howitzer TNI AD dibeli dari Korsel. Dua tipe howitzer yang di datangkan dari Korsel adalah KH-178 105 mm dan KH-179 155 mm. Ditambah pihak Korsel tidak pelit untuk urusan alih teknologi, maka pengadaan K9 Thunder tentu tak begitu sulit. Menurut situs Wikipedia.com, harga per unit K9 Thunder mencapai US$3,1 juta.
K9 Thunder menawarkan sistem self propelled howitzer terbaru dengan kaganasan meriam kaliber 155 mm dalam sasis yang sepenuhnya dibuat oleh Samsung Techwin. Dirunut dari sejarah pengembangannya, K9 mengambil rancangan M109 Paladin, self tracked propelled howitzer buatan AS. Sebagai sekutu AS, sejak lama sudah menjadi pengguna setia M109 Paladin. Namanya juga Korsel, ia tidak mau membeli mentah-mentah, melainkan juga meminta skema ToT (transfer of technology), yang waktu diwjudkan dengan melisensi M109A2 sebagai K55 dan K55A1. Namun, semakin berkembangnya teknologi, mengharuskan Korsel untuk move on, pasalnya rivalnya Korea Utara (Korut) sudah memiliki self propelled howitzer berbasis tank Type-59 berkode M-1978 Koksan dengan meriam kaliber 170 mm.
Untuk memperempit selisih, Korsel lantas menugaskan Samsung Techwin (d/h Samsung Defense Aerospace) untuk mengembangkan sistem self propelled artileri sebagai komplemen. Prototipe pertama K9 Thunder tampil pada 1989, dan dilanjutkan dengan serangkaian uji coba, hingga akhirnya resmi digunakan AD Korsel pada 1998. Unit perdananya sendiri masuk kedinasan pada tahun 2000.
Dengan body yang bongsor (berat 47 ton), K9 diawaki oleh lima kru, yakni komandan, pengemudi, penembak, dan dua awak pengisi amunisi. Tugas awak pengisi dimudahkan dengan keberadaan sistem pengisi otomatis (autoreloader) yang cukup kompleks. Di luar, pengemudi memiliki palka tersendiri, sementara keempat kru lainnya dapat keluar dari palka di atas kubah. Masih ada lagi pintu (ramp) di bagian belakang, yang dapat dibuka kea rah kanan dengan engsel.
Dari segi daya muat, K9 dirancang dapat membawa 48 butir peluru howitzer 155 mm dan propelannya. Apabila kendaraan kehabisan peluru, sudah ada wahana K10 ARV untuk mengisi amunisi. K10 tidak dilengkapi meriam, sebagai gantinya ada bekal ‘belalai’ yang bertugas mengantarkan peluru yang akan diisi ke K9. Untuk self defence, komandan K9 dilengkapi dengan SMB (senapan mesin berat) M2HB 12,7 mm di atas kubah.
Posisi mesin pada K9 disematkan pada kanan depan. Dapur pacu K9 disokong mesin MTU 881 buatan Jerman, yang dipadukan dengan sistem transmisi otomatis Allison ATDX 1100-5A3 dengan empat gigi maju dan dua gigi mundur. Paduan mesin dan transmisi mampu menyemburkan daya 1.000 hp, sementara kecepatan maksimum di jalan raya dapat digeber hingga 67 km per jam. Dengan kapasitas bahan bakar penuh, K9 Thunder dapat melaju hingga 480 km.
Seperti halnya AMX-13 MK61, howitzer 155 mm pada K9 Thunder ditempatkan pada struktur kubah tertutup, yang tentu saja merupakan suatu keunggulan dalam pertempuran yang dinamis, dimana awak lebih terlindung dengan kubah baja dari imbas pecahan artileri lawan dan hantaman proyektil 12,7 mm. Sebagai perbandingan self propelled howitzer CAESAR 155 mm yang juga dimiliki TNI AD, punya sisi kelemahan pada elemen perlidungan awak.
Laras meriam dapat diarahkan secara vertikal hingga 70 derajat dan diturunkan sampai -2,5 derajat. Laras dapat diputar 360 derajat bersama kubahnya. Beda dengan kubah AMX-13 MK61 yang sudah dipantek, alias tidak bisa diputar. Untuk kemampuan tembakan, dengan munisi HE (high explosive) dapat dilontarkan proyektil hingga 30 km. Sementara dengan P-ICM base bleed, jangkauan tembak mencapai 38 km. Bahkan dengan munisi BB+RAP extended range, jarak lintasan bisa mencapai jarak 56 km. Melihat kondisi yang berkonfrontasi dengan Korut, mengharuskan K9 untuk mempunyai daya jangkauan tembak yang maksimal.
Meski usianya masih muda, K9 Thunder masuk kelas battle proven. Dalam peristiwa bombardir artileri di Yeonpyeong (23 November 2010) antara Korsel dan korut. Enam unitt K9 dapa bereaksi maksimal atas tembakan artileri Korut, total 80 tembakan telah dimuntahkan K9 ke arah posisi pasukan Korut.
Bila Indonesia baru berniat mengakuisisi, maka Australia, Polandia, dan Turki sudah resmi mengoperasikan K9. Bahkan, Turki membeli lisensi K9, hingga akhirnya di produksi dengan label T-155 Fırtına. (Gilang Perdana)
Spesifikasi K9 Thunder
- Weight : 47 tonnes
- Length : 12 m
- Width : 3,4 m
- Height : 2,73 m
- Crew : 5 (Commander, Driver, Gunner, 2 Loaders)
- Main armament : 52 cal (155mm howitzer)
- Secondary armament : 12,7 mm
- Engine : MTU MT 881 Ka-500 8-cylinder water-cooled diesel
- Power/weight : 21 hp/ton
- Transmission : S&T Dynamics X1100-5A3
- Suspension : hydropneumatic
- Operational range : 480 km
- Speed : 67 km/h
Tidak ada komentar:
Posting Komentar